Tuesday, May 28, 2013

Reklamasi Pantai & Permasalahannya


 Reklamasi pantai adalah proses membuat daratan baru pada daerah perairan, pesisir pantai ataupun di daerah rawa. Reklamasi merupakan pilihan yang saat ini populer dalam pengembangan wilayah kota-kota besar yang mempunyai daerah yang berbatasan dengan laut  seperti Jakarta, Surabaya, Makasar dan Manado. Hasil pekerjaan reklamasi bisa dimanfaatkan untuk sarana pemukiman, kawasan industri, pelabuhan, bandara dan kebutuhan pengembangan wilayah lainnya.

Pekerjaan reklamasi harus dilakukan dengan disain dan metode konstruksi yang baik  sehingga hasilnya bisa dipertanggung jawabkan secara teknis, ekonomis dan tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap keselarasan lingkungan hidup. Pemilihan peralatan dan material yang tepat sangat diperlukan untuk menunjang metode konstruksi yang cocok.

Mengacu pada Buku Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005) (dikutip dari makalah bapak Dr.Ir.Ruchat Deni Djakapermana M.Eng - Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang), ada 4 sistem reklamasi, yaitu :
1.      Sistem Timbunan
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai elevasi permukaan lahan berada di atas muka air laut paling tinggi
2.      Sistem Polder
Reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air yang berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.
3.      Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan
Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan dikeringkan dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
4.      Sistem Drainase
Reklamasi sistem ini umumnya dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.

Untuk mendapatkan hasil disain yang memuaskan perlu dilakukan investigasi pada areal yang akan direklamasi yang mencakup kondisi tanah dasar, tinggi gelombang air laut, ketersediaan material reklamasi dan lain sebagainya.

Melalui proses investigasi yang baik, akan dapat diketahui berbagai permasalahan yang mungkin terjadi, sehingga dapat dilakukan analisa secara detail untuk mendapatkan metode konstruksi yang sesuai dan tepat guna.

Proses reklamasi pada daerah pantai umumnya diawali dari pembuatan tanggul di sisi laut untuk mencegah hilangnya material timbunan tersapu oleh arus dan gelombang laut, yang dilanjutkan dengan proses penimbunan (baik dari sisi darat maupun dari sisi laut) hingga mencapai elevasi rencana.

Reklamasi yang dilakukan harus dapat memberikan manfaat ekonomis, sekaligus memberikan nilai tambah pada pelestarian lingkungan.
      Permasalahan Pada Proses Reklamasi
Beberapa permasalahan yang mungkin dihadapi pada pekerjaan reklamasi pantai baik pada saat pelaksanaan reklamasi maupun untuk kondisi jangka panjang yaitu sebagai berikut :
     1.      Stabilitas timbunan yang rendah
    2.      Penurunan konsolidasi yang besar dalam waktu yang panjang
     3.      Abrasi
     4.      Pencemaran lingkungan (laut) sekitar

1.      Stabilitas Timbunan yang Rendah
Tanah dasar yang lunak serta tebal lapisan reklamasi yang tinggi mempunyai kecenderungan menyebabkan rendahnya stabilitas timbunan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kelongsoran pada tubuh timbunan.

 Untuk mengetahui potensi dari kemungkinan terjadi kelongsoran pada tubuh timbunan reklamasi dapat dilakukan analisa geoteknik melalui penggunaan beberapa formula yang diperkenalkan oleh beberapa ahli geoteknik seperti Bishop, Morgenstein, dan lain sebagainya serta dapat pula menggunakan piranti lunak komputer seperti program Plaxis, Geo Studio dan lain sebagainya.

2.      Penurunan Konsolidasi yang Besar dalam Waktu yang Panjang
Permasalahan lain yang dihadapi pada pekerjaan reklamasi pantai di atas tanah lempung lunak adalah kemungkinan terjadi penurunan konsolidasi. Penurunan konsolidasi merupakan proses disipasi air pori tanah akibat tambahan beban yang berakibat pada peristiwa pemampatan/penurunan lapisan tanah. Proses disipasi air pori ini sangat tergantung dari kemampuan tanah untuk mengalirkan air (permeabilitas tanah), umumnya tanah lempung mempunyai kemampuan pengaliran air yang relatif rendah sehingga proses konsolidasi ini umumnya membutuhkan waktu yang relatif panjang.
Dampak dari penurunan konsolidasi yang besar dan lama ini terhadap struktur yang akan dibangun di atas tanah timbunan adalah kegagalan konstruksi seperti terlihat pada gambar 4 berikut ini. Sedangkan pada kasus konstruksi timbunan, dibutuhkan proses penimbunan secara berulang pada masa pemeliharaan untuk menjaga elevasi permukaan timbunan tetap pada posisi yang direncanakan.

3.      Abrasi
Konstruksi timbunan yang terletak di tepi laut mempunyai kecenderungan mengalami abrasi akibat peristiwa pasang surut atau gelombang air laut yang menghempas pantai. Hal yang sama juga sangat mungkin dialami oleh konstruksi timbunan hasil reklamasi, sehingga perlu dilakukan suatu tindakan preventif guna mengamankan konstruksi timbunan reklamasi yang telah direncanakan dan dilaksanakan.

4.      Pencemaran Lingkungan (Laut) Sekitar
Material reklamasi yang didapat dari daratan ataupun hasil “dredging” laut seringkali mengandung partikel-partikel halus yang ringan, yang mempunyai kecenderungan terapung atau melayang sehingga dapat mencemari atau mengotori air laut di sekitar areal reklamasi serta dapat menganggu ekosistem di sekitarnya.
Hal yang sama juga mungkin terjadi pada kondisi tanah dasar yang mengandung sedimen (partikel halus), partikel halus ini mempunyai potensi berhamburan pada proses penimbunan (reklamasi) dan mencemari perairan. 






No comments: