Thursday, September 18, 2014

Aplikasi Teknologi Geotube® Dewatering Untuk Penanganan Limbah Cair


Teknologi Geotube ®  Dewatering  
telah menjadi metode dewatering pilihan oleh berbagai organisasi di seluruh penjuru dunia dan digunakan dalam beragam proyek besar dan kecil, yaitu dengan alasan yang tepat – sederhana dan berbiaya rendah.
Beberapa sektor yang dilayani oleh  adalah:
·         Pengerukan lingkungan dan remediasi
·         Proses pertambangan dan mineral
·         Pembangkit listrik dan energi
·         Industri
·         Pengelolaan limbah perkotaan
·         Budidaya pertanian


Tidak ada sabuk mesin, gigi transmisi, atau suku cadang mekanis yang rumit. Geotube® dibuat dari bahan tekstil rekayasa khusus dengan kekuatan tinggi dan berpori yang didesain untuk penampung dan dewatering lumpur dan sedimen berkadar air tinggi. Tersedia dalam berbagai ukuran, tergantung volume dan ketersediaan tempat anda. Sitem  Geotube® juga dapat disambungkan dengan container roll-off yang dapat dipindah-tempatkan sesuai kebutuhan dalam lingkup properti anda. Ini adalah salah satu teknologi dewatering yang paling serba guna dan efektif sekarang ini. Pengurangan volume dapat mencapai 90%, dengan tingkat kadar padatan yang tinggi sehingga memudahkan pengangkutan dan pembuangannya. Pemanfaatan kembali padatan yang masih bernilai dimungkinkan dengan mengunakan teknologi dewatering kami ini.

Pemulihan Lingkungan
Wadah penampung yang efektif untuk Proyek Berskala Besar dan Kecil


Sungai, teluk, pelabuhan, marina, dan fasilitas dok kapal telah menjadi penampungan sedimen/endapan terkontaminasi dari limbah buangan industri selama bertahun-tahun. Dalam beberapa kasus, sedimen ini menimbulkan bahaya yang nyata terhadap lingkungan, dan upaya pemulihannya menjadi sulit dan mahal penanganannya.

Sedimen laut dapat ditampung dan dilepaskan airnya dengan mudah menggunakan teknologi dewatering Geotube®. Dapat dilaksanakan pada lokasi itu sendiri atau di dekatnya dengan memanfaatkan kolam pelepasan air dimana kantong Geotube® dapat disusun beberapa lapis ke atas untuk meminimalkan kebutuhan ruang.

Unit Geotube® dapat disesuaikan untuk aplikasi skala besar atau kecil, dan efektif menampung material beracun, mengurangi volumenya dan menghemat jutaan atas biaya pembuangannya.

Pulp & Kertas Multi Guna

Teknologi pemisahan air Geotube® dipakai dalam beragam aplikasi pulp & kertas, yaitu:

·         Pembersihan kolam primer dan sekunder
·         Lumpur alum dan fly ash (abu terbang)
·         Sedimen terkontaminasi
·         Sistem penjernihan kontinu, pemadatan, aliran proses limbah
·         Proses atas barang yang ditolak
·         Pemisahan tanggul
·         Untuk pemakaian darurat, yakni pengurasan tumpahan, buangan atau kelebihan buangan.


Persiapan pengoperasian Geotube® yang cepat, serta biaya operasi yang rendah adalah keuntungan yang berharga untuk aplikasi di pabrik kertas, terutama dalam situasi darurat yang menimbulkan resiko mesin berhenti beroperasi.


Proses Pertambangan dan Mineral
Dapat disesuaikan pada lahan yang ada

Lumpur bahan tambang (tailing), lumpur batubara, dan lumpur mineral lainnya dapat mudah ditangani dan diatasi dengan murah dan efektif menggunakan teknologi dewatering Geotube®. Dikarenakan kantong Geotube® mempunyai berbagai ukuran sesuai aplikasi, yang dapat diletakkan pada lahan kosong yang tersedia dan dapat dipindahkan setelah proses dewatering selesai. Teknologi dewatering Geotube® adalah alternatif murah dan efektif dibandingkan proses mekanis. Konsep ini mengurangi biaya pembuangan dengan mengkonsolidasikan kadar padatan lebih tinggi serta dengan biaya maintenance yang sangat sedikit.

Air buangan dapat langsung dipompa ke dalam proses; atau bila digunakan penjernih/pengendap, cairan yang keluar (effluent) dapat langsung dialirkan ke kantong Geotube®, tanpa membutuhkan mesin dewatering mekanis yang mahal. Unit Geotube® dapat digunakan memisahkan padatan halus, lanau dan lempung dari lumpur tambang sebelum dibuang ke kolam atau langsung ke perairan. Unit Geotube® akan memisahkan dan menahan padatan halus tanpa pengoperasian alat pompa dan alat angkut yang mahal. Dalam beberapa kasus, senyawa penetral atau polimer digunakan supaya terjadi flokulasi sehingga kandungan padatan dan filtrat yang dipisahkan menjadi lebih baik.

Pembangkit Listrik
Solusi untuk Fly Ash dan Bottom Ash

Produk sisa dari pembangkit tenaga listrik seperti fly ash (abu terbang) dan bottom ash (abu yang turun di bawah alat) merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam penanganan dan pembuangannya. Namun teknologi dewatering Geotube® yang sederhana menjadikan pembangkit listrik besar dan kecil mudah untuk mengkonsolidasikan material-material tersebut. Dikarenakan nilai investasinya yang rendah, pengguna dapat menyesuaikan ukurannya sesuai kebutuhan aktualnya.

Dewatering Geotube® aman menahan fly ash, mencegah kontaminasi partikel melalui udara akibat hembusan angin pada timbunan fly ash. Abu tersebut kemudian dapat digunakan untuk pelapis dasar pembuatan jalan ataupun untuk membuat tanggul di sekeliling kolam untuk meningkatkan daya tampungnya. Dalam beberapa perlakuan untuk fly ash, sama sekali tidak dibutuhkan penambahan polimer untuk proses dewatering, membuatnya sederhana dan juga lebih hemat biaya.

Pengolahan Air Baku dan Air Limbah
Untuk Aplikasi besar dan Kecil

Masalah umum pada Pengolahan Limbah Rumah Tangga skala kecil, dimana lumpur dikeringkan pada bak pengering, adalah kapasitas lahan yang terbatas sehingga  gampang meluber. Hal ini dapat terjadi, sebagai contoh, karena peningkatan jumlah lumpur akibat dari pertambahan jumlah populasi.

Sistem Geotube® adalah meningkatkan daya guna bak pengering baik dalam hal proses dewatering pada lumpur juga pada peningkatan volumenya secara efektif. Padahal sebelumnya bak pengering harus dikosongkan selama beberapa waktu secara teratur, waktu untuk mengisi penuh unit Geotube® dapat meningkat hingga beberapa bulan. Penghematan secara signifikan dapat dihasilkan terkait biaya penanganan dan transportasi.

Lumpur kemudian diolah dengan suatu flokulan dan dipompa ke dalam unit Geotube® sehingga endapan tertahan dan air merembes melalui pori-porinya. Proses ini dapat dilakukan berulang kali sampai unit Geotube® mencapai level maksimumnya.

Pabrik Pengolahan Air Limbah yang lebih besar dapat juga memfungsikan sistem Geotube® sebagai alternatif pengganti belt press dan/atau centrifuge untuk dewatering dan penampung lumpur. Sistem ini juga dapat dipakai sebagai alat darurat jika unit pemisahan air yang ada rusak.

Industri Kecil
Mengatasi Tantangan di Masa Depan

Bagi beberapa aplikasi industri, dewatering adalah suatu hal yang dikawatirkan. Ini karena akan mengganggu operasional, membebani anggaran, dan membutuhkan peralatan yang rumit dan mahal. Namun hal ini bukan menjadi hambatan lagi. Salah satu keunggulan nyata teknologi dewatering Geotube® adalah mampu memberikan solusi untuk pengurasan kolam limbah dengan cepat dan mampu meningkatkan daya tampungnya sehingga kerja bak pengering menjadi lebih efisien.

Dalam beberapa kasus, sejumlah pengguna memisahkan air dengan lumpurnya pada kolam dengan teknologi dewatering Geotube®, kemudian menggunakan kantong Geotube® yang sudah berisi padatan sebagai tanggul. Karena dapat disusun di atas satu dengan lainnya, lebih lanjut dapat dipakai untuk menambah daya tampung kolam tersebut. Dengan kantong Geotube® anda dapat meningkatkan efisiensi dewatering. Padatan yang sudah terlepas airnya terlindungi dari kemungkinan terlarut lagi ketika cuaca hujan.

Budidaya Pertanian
Untuk proses lumpur dari kotoran ternak dan pertanian

Teknologi dewatering Geotube® adalah cara yang efektif untuk menangani limbah dari pakan ternak. Bekerja baik untuk pembersihan dan penimbunan kolam, serta sangat efektif mengatasi kandungan nutrisi (lebih dari 90% fosfor dan logam berat disingkirkan; lebih dari 50% pengurangan unsur nitrogen). Dapat juga mengatasi bau dan meningkatkan kualitas air buangan irigasi.

Di beberapa negara dengan aturan hukum yang ketat seperti USA, teknologi dewatering Geotube® telah menjadi rujukan Practice Standard yang berlaku di negara tersebut.

Perekonomian di Asia sebagian besar masih bergantung pada hasil pertanian. Perkebunan berskala besar seperti kebun kelapa sawit, dan sebagainya, memiliki fasilitas pengolahan terpadu langsung di tempat yang menghasilkan limbah cair berjumlah besar untuk diuraikan pada  kolam-kolam penampungan. Teknologi dewatering Geotube® sangat ideal untuk pembersihan lumpur kolam dan pemisahan airnya. Biosolid yang terpisahkan airnya dapat dibuat menjadi pupuk untuk kebutuhan perkebunan itu sendiri.

Budidaya Perairan
Pembuangan Limbah yang Sederhana dan Efektif Biayanya untuk Berbagai Aplikasi Skala Besar dan Kecil di seluruh penjuru dunia

Teknologi Geotube® telah digunakan di seluruh penjuru dunia. USA telah meluluskan teknologi ini sebagai ‘Best Management Practice for Aquaculture’ oleh Negara Bagian North Carolina. Teknologi dewatering Geotube® bekerja untuk tambak ikan air tawar atau air laut, tambak udang, dan spesies akuatik lainnya. Teknologi ini menyederhanakan proses resirkulasi air dan menahan lebih dari 99% padatan tersuspensi di dalamnya.

Teknologi dewatering mengurangi unsur nutrien yang terkandung dalam filtrat. Dapat digunakan sepanjang tahun atau berjeda pada hampir semua iklim. Sangat ideal untuk aplikasi pada kolam, bak penahan, dan penyaringan limbah. Dapat digunakan untuk pembersihan limbah sangkar, pembersihan dasar badan perairan, pembersihan kolam pembiakan, dan pemisahan air pada limbah pengolahan perikanan. Padatan yang terpisah airnya dapat ditebar ke tanah atau dibuang ke pembuangan sampah.

Teknologi dewatering Geotube® adalah teknologi yang telah teruji. Teknologi ini memberikan solusi yang aman dan telah diujikan oleh berbagai institusi di seluruh penjuru dunia. Yang lebih penting, teknologi dewatering Geotube® telah digunakan di berbagai bidang dengan kesuksesan yang terbukti di berbagai negara di dunia.











Thursday, August 7, 2014

Ketahanan Geotekstil Terhadap Sinar Matahari




Geotekstil dan geosintetik yang dipasang di proyek teknik sipil dan lingkungan pada suatu waktu akan  terkena sinar matahari secara langsung untuk jangka waktu yang cukup lama. Berkaitan dengan hal tersebut , maka pada saat membuat perencanaan dengan geosintetik, perencana  harus memasukkan proses degradasi dan parameter yang terkait untuk mengendalikan proses degradasi akibat UV.  

Setiap polimer yang digunakan pada pembuatan geosintetik pasti akan terdegradasi bila terpapar oleh radiasi ultraviolet dari sinar matahari pada waktu yang lama. Ketahanan geotekstil terhadap paparan sinar matahri adalah faktor yang harus dipertimbangkan oleh perencana dalam mengevaluasi dan membuat perencanaan dengan geosintetik.

Laju degradasi oleh UV pada geosintetik tergantung pada :
-          Komposisi polimer dan warna geosintetik
-          Proses pembuatan, misalnya bahan tambahan atau aditif
-          Intensitas dan lamanya terpapar oleh UV
-          Aplikasi geosintetik (mengalamai laju  degradasi yang tinggi bila digunakan bersamaan dengan geomembran di TPA Sampah)

Perhatian khusus dibutuhkan pada kondisi berikut :
Apabila geotekstil dipasang pada belahan bumi dengan tingkat radiasi UV yang tinggi . Daerah tropis, Timur Tengah dan Timur Jauh, Australia, Afrika Selatan, dan Amerika Latin adalah kawasan yang memerlukan perhatian khusus. Tingkat radiasi yang tinggi juga terukur di kawasan Alpin atau daerah tertentu di Eropa.

    Pada aplikasi yang mana geotekstil akan terpapar oleh sinar matahari secara langsung pada waktu yang lama, misalnya pada konstruksi TPA Sampah.

     Pada mega proyek yang mana metode konstruksi atau kondisi kontrak menyebabkan geotekstil akan terpapar pada waktu yang lama bisa bermingu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. 

Memaksimalkan Ketahanan Geotekstil Terhadap UV

Untuk memastikan ketahanan geotekstil terhadap UV dalam jangka panjang, beberapa parameter      direkomendasikan sebagai berikut :

-          Geotekstil non woven harus dibuat dari  100% bahan dasar PP atau PET. 
-         Geotekstil non woven continuous filament (serat menerus) adalah lebih baik karena memungkinkan pencmpuran material penstabil UV pada  proses ekstrusi polimer.
-          Geotekstil non woven harus memiliki kuat tarik sisa >70% (>60% bila dengan geomembran) setelah terpapar di luar ruang selama 3 bulan pada kondisi iklim tropis (160 kcal/cm3).
-          Sertifikat kepatutan seperti dokumen pendukung berupa hasil pengujian (kondisi luar ruang), dokumen kepatutan CE atau sertifikat pembuatan untuk mengkonfirmasi ketahanan terhadap UV wajib disertakan.

Rekomendasi Konstruksi dan Penyimpanan Geotekstil 

-         Direkomendasikan bahwa geotekstil digelar di lapangan sesegere mungkin ditutup dengan tanah timbunan untuk meminimalkan paparan secara langsung dari sinar matahari. Apabila tanah penutup tidak tersedia atau tidak bisa segera ada, maka geotekstil harus ditutup dengan lapisan plastik.
-         Untuk konstruksi TPA Sampah, direkomendasikan bahwa TPA Sampah harus dibuat menjadi sel-sel yang lebih keci. Hanya sel yang dalam tahap konstruksi yang ditutup dengan lapisan geosintetik dan setelah itu ditutup dengan sampah. Hal ini untuk meminimalkan geotekstil terpapar terhadap panas dan UV.
-          Apabila geotseksil diharuskan digelar pada keseluruhan proyek TPA Sampah dalam jangka waktu tertentu pada pekerjaan sub kontrak, direkomendasikan untuk memasang  lapisan plastik di atas lapisan geotekstil sampai geotekstil secara permanen ditutup oleh material sampah.
-          Rol geotekstil harus secara layak dan aman dibungkus dengan pembungkus berkualitas tinggi untuk memastikan penutupan yang terus menerus sampai geotekstil tiba di proyek.
-          Rol geotekstil harus disimpan secara layak di lokasi proyek untuk mencegah paparan secara langsung oleh sinar matahari.  












Geotekstil Untuk Stabilisasi Tanah Dasar

Pengantar

     Stabilisasi tanah dasar adalah salah satu aplikasi geotekstil yang paling umum. Geotekstil digelar di atas lapisan tanah dasar yang lunak, sebelum material timbunan granular dihamparkan di atasnya, mencegah kehilangan material timbunan granular masuk dan bercampur ke dalam tanah dasar yang lunak, sehingga menjaga keutuhan lapisan timbunan granular.


     Geotekstil digunakan bila tanah dasar adalah lunak dan jenuh air. Jika geotekstil tidak digunakan untuk memisahkan material timbunan dari tanah dasar, maka partikel material timbunan akan bercampur  dengan tanah dasar dan akan terjadi kehilangan . Jumlah kehilangan material timbunan tergantung pada tingkat kelunakan dari tanah dasar. 

     Geotekstil, diletakkan pada antar muka antara tanah dasar yang lunak dan material timbunan granular, menjaga batas lapisan sehingga memastikan keutuhan struktur lapisan material timbunan granular tetap terjaga.  
     Beberapa aplikasi yang biasanya geotekstil digunakan untuk stabilisasi tanah dasar adalah :
  • ·         Jalan dengan perkerasan
  • ·         Jalan pada lapangan terbang
  • ·         Timbunan yang tidak tinggi 
  • ·     Jalan rel kereta api

            Bila geotekstil digunakan untuk stabilisasi tanah dasar maka harus memenuhi persayaratan properti mekanik dan hidrolik tertentu untuk mendapatkan performa yang baik. Geotekstil harus memiliki property mekanik yang cukup supaya cukup tangguh dalam menahan tegangan mekanik setempat. Geotekstil juga harus memiliki properti hidrolik yang cukup untuk bisa mengakomodasi kondisi air tanah setempat.

Persyaratan properti mekanik geotekstil untuk stablisasi tanah dasar

     Untuk aplikasi stabilisasi tanah dasar terdapat dua faktor esternal yang menentukan properti  geotekstil yang digunakan. Yaitu kekuatan dari tanah dasar yang lunak di bawah geotekstil , dan ukuran maksimal batu  yang digunakan sebagai material timbunan di atas geotekstil. Geotekstil harus lebih lebih kuat dari tanah dasar yang lunak, dan juga harus lebih kuat terhadap akibat ukuran batu yang digunakan sebagai material timbunan.

     Apabila kekuatan tanah dasar adalah rendah (subgrade CBR <= 1%) maka geotekstil diperlukan untuk menyediakan kestabilan struktur karena kekuatan tanah dasar tidak dapat mendukung tegangan yang timbul dari lapisan timbunan granular . Untuk menyediakan kestabilan struktur maka kuat tarik dan kekakuan (stiffness) dari geotekstil menentkan properti  mekanik pada daerah ini. Sedangkan bila kekuatan tanah dasar adalah moderat (sub grade >=2%) kekuatan tanah dasar dapat mendukung tegangan yang timbul dari lapisan timbunan granular , namun deimikian, geotekstil diperlukan untuk memastikan batas antar lapisan tetap terjaga, berkaitan dengan adanya air tanah. Disini, ketahanan mekanik dari geotekstil  adalah yang menentukan  kebutuhan properti mekanik yaitu  kuat coblos  dan kemuluran geotekstil

     Besarnya kebutuhan properti mekanik geotekstil juga dipengaruhi oleh ukuran maksimal batu dari lapisan timbunan granular. Makin besar ukuran maksimal batu, memerlukan properti mekanik geotekstil yang lebih tinggi untuk memastikan geotekstil cukup kuat untuk menahan tegangan setempat dari lapisan granular.

     Dikarenakan memiliki karakteristik ketahanan mekanik yang baik  maka geotekstil non woven umumnya digunakan bila kekuatan tanah dasar adalah agak lunak. Apabila tanah dasar adalah sangat lunak maka biasanya digunakan geotekstil woven karena memiliki property kuat tarik yang baik. Dalam beberapa kasus, geogrid yang dikombinasikan dengan geotekstil non woven digunakan bila tanah dasar sangat lunak, meskipun secara umum adalah tidak efisien dalam hal biayanya.

Persyaratan Properti Hidrolik Geotekstil Untuk Stabilisasi Tanah Dasar 

Geotekstil yang digunakan untuk stabilisasi tanah dasar harus memenuhi persyaratan properti hidrolik yang khusus. Persayaratan properti tersebut ditentukan oleh kebutuhan kondisi air tanah di lokasi proyek. Perbedaan kondisi air tanah adalah hal yang dapat terjadi, dan bisa dari mulai  kondisi air tergenang, sampai aliran air tanah yang berlapis-lapis, sampai ke efek pemompaan yang dinamis dari air tanah.  



Tuesday, May 28, 2013

Penggunaan Geosintetik Untuk Reklamasi Pantai

Geotube
Geobag

Geosintetik merupakan material teknik yang terbuat dari polimer-polimer sintetik seperti polipropilin (PP), poliester (PET), polietilin (PE) dan lain sebagainya, yang digunakan pada berbagai pekerjaan geoteknik termasuk pada pekerjaan reklamasi pantai di atas tanah lunak.
Berbagai jenis material geosintetik dapat dan sudah diterapkan pada pekerjaan reklamasi pantai di atas tanah lunak sesuai dengan fungsi dari masing-masing jenis material geosintetik tersebut.
Berikut ini beberapa jenis material geosintetik dan fungsinya pada pekerjaan reklamasi pantai di atas tanah lunak yang bisa diaplikasikan di Indonesia.

A. GEOTEXTILE CONTAINTMENT

Geotextile containment merupakan suatu konstruksi yang memadukan antara material sintetik (geotekstil) dan material alam (pasir atau Lumpur).
Pada pekerjaan reklamasi pantai, sistem ini berfungsi sebagai dinding penahan tanah dan pencegah terjadinya abrasi, dikerjakan sebelum pekerjaan reklamasi dilaksanakan.
Ada 3 jenis konstruksi geotextile containment dengan pembagian berdasarkan ukuran dan cara pelaksanaan konstruksi yaitu sebagai berikut :

1.      Geobag

Merupakan jenis dari geotextile containment dengan volume yang kecil – berkisar antara 0,6 hingga 2 m3 – dengan proses pengisian umumnya dilakukan di atas daratan yang kemudian diletakkan di tempat rencana .

Geobag umumnya diaplikasikan pada daerah yang mengalami abrasi yang tidak terlalu berat dan yang memerlukan penanganan segera untuk jangka waktu pemakaian yang tidak terlalu panjang. Umumnya material geotekstil yang digunakan harus distabilisasikan terhadap pengaruh sinar ultra violet, namun bagaimanapun konstruksi ini tetap harus dilindungi dari pengaruh sinar matahari langsung dengan cara ditutupi dengan material lain seperti batu-batuan.

2.      Geotube®
Jenis dari geotextile containment berbentuk turbular yang digunakan pada di daerah daratan atau daerah dengan tinggi air tidak terlalu dalam. Ukuran  Geotube® juga sangat bervariasi dengan panjang berkisar antara 10 – 150 meter dan diameter rata – rata 1 – 5 meter dalam kondisi bulat sempurna.  Instalasi dapat dilakukan di daerah kering maupun pada kedalaman air hingga 5 meter.  Gambar 8 berikut ini merupakan gambaran dari bentuk tipikal konstruksi Geotube®.
Geotube® merupakan struktur yang cukup banyak diaplikasikan dan dilakukan analisa untuk menanggulangi berbagai permasalahan abrasi di banyak negara, termasuk di beberapa negara di Asia seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, Malaysia dan negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.

3.      Geocontainer
Merupakan jenis geotextile containment bervolume besar dengan proses pengisian dalam barge di atas air dan kemudian dijatuhkan ke dalam air. Geocontainer seperti yang ditunjukkan pada gambar 9 mempunyai ukuran diameter yang lebih besar dibandingkan jenis geotextile containment lain, umumnya disesuaikan dengan ukuran kapal hooper.  Pasir atau material timbunan lainnya  diisikan ke dalam geocontainer yang dilapisi geotekstil kemudian dijahit. Geocontainer dijatuhkan ke dasar laut dengan hooper. Penggunaan geocontainer umumnya untuk kedalaman air > 5 meter.

B. GEOSINTETIK

Geotekstil adalah salah bagian dari geosintetik yang merupakan material dari bahan sintetik berbentuk lembaran dan tembus air. Dari proses pembuatannya secara umum ada 2 jenis material geotekstil yaitu geotekstil woven dan geotekstil nonwoven.

Geotekstil woven atau geotekstil ter-anyam merupakan jenis material geotekstil yang proses pembuatannya dilakukan dengan cara dianyam sehingga membentuk satu lembaran dengan serat-serat yang tersusun rapi, sedangkan proses pembuatan geotekstil nonwoven atau geotekstil tak ter-anyam  dilakukan dengan cara menghamparkan gumpalan-gumpalan benang yang kemudian disatukan membentuk lembaran.

Umumnya geotekstil woven  mempunyai kekuatan tarik yang lebih baik jika dibandingkan geotekstil nonwoven namun sebaliknya geotekstil nonwoven mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap kerusakan akibat benda-benda tajam jika dibandingkan dengan geotekstil woven.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan waktu, kemudian diciptakan satu produk geotekstil yang memadukan kedua fungsi utama dari geotekstil woven dan geotekstil nonwoven, yaitu memiliki properti yang memadai baik pada kekuatan tarik maupun  ketahanan terhadap kerusakan akibat benda-benda tajam yang dikenal dengan nama geotekstil komposit. 

FUNGSI GEOSINTETIK PADA REKLAMASI PANTAI

Terkait dengan pekerjaan reklamasi, kontribusi dari material geotekstil pada beberapa aplikasi atau terkait dengan fungsi geotekstil adalah sebagai berikut.

1.      Meningkatkan Stabilitas Timbunan
Penggunaan material geotekstil pada konstruksi timbunan (reklamasi) di atas tanah lunak, yaitu dengan cara meletakkan lembaran geotekstil di dasar timbunan dapat meningkatkan stabilitas timbunan.
Prinsip penggunaan material geosintetik dalam perkuatan dasar timbunan adalah mengandalkan kekuatan tarik material yang diletakkan sedemikian rupa sehingga memotong garis kelongsoran yang diperkirakan akan terjadi.

2.      Lapis Filtrasi dan Separasi
Struktur geotekstil yang dibentuk sedemikian rupa menjadikan material geotekstil mempunyai kemampuan untuk memisahkan dua material yang berbeda dan sekaligus berfungsi sebagai penyaring (air dimungkinkan lolos, sedangkan partikel tanah akan tertahan).

3.      Mengurangi Pencemaran saat Reklamasi
Perkembangan aplikasi dari penggunaan material geotekstil cukup pesat dan sangat beragam. Dengan mengandalkan kemampuan filtrasi dan separasi yang baik, geotekstil juga dapat diaplikasikan untuk mencegah atau mengurangi pencemaran air laut pada saat proses reklamasi dilaksanakan. Sistem ini dikenal dengan nama “silt curtain”, yaitu dengan meletakkan material geotekstil secara vertikal dan pada sisi atas geotekstil diletakkan pelampung-pelampung.
Pada kondisi dengan tinggi gelombang yang cukup ekstrim, sistem ini umumnya dilengkapi dengan angkur-angkur pengaku disamping penggunaan pemberat pada bagian bawah sistem. 

3.      Mempercepat Proses Konsolidasi Lahan
Permasalahan yang dapat terjadi adalah penurunan tanah dasar yang dapat berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama. Salah satu alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah pemasangan vertikal drain. Prinsip kerja dari material ini adalah mempercepat terjadinya proses konsolidasi dengan menyediakan jalur-jalur vertikal untuk mengeluarkan air tanah dari lapisan tanah dasar yang lunak, sehingga air tanah akan terperas keluar dan tanah dasar akan mengalami penurunan akibat terjadinya proses konsolidasi pada lapisan tanah lunaknya. 
Dengan terjadinya penurunan pada tanah dasar tersebut, tanah dasar akan memampat dan kuat geser tanah akan meningkat sehingga kapasitas daya dukung tanah dasar juga meningkat.
 








Reklamasi Pantai & Permasalahannya


 Reklamasi pantai adalah proses membuat daratan baru pada daerah perairan, pesisir pantai ataupun di daerah rawa. Reklamasi merupakan pilihan yang saat ini populer dalam pengembangan wilayah kota-kota besar yang mempunyai daerah yang berbatasan dengan laut  seperti Jakarta, Surabaya, Makasar dan Manado. Hasil pekerjaan reklamasi bisa dimanfaatkan untuk sarana pemukiman, kawasan industri, pelabuhan, bandara dan kebutuhan pengembangan wilayah lainnya.

Pekerjaan reklamasi harus dilakukan dengan disain dan metode konstruksi yang baik  sehingga hasilnya bisa dipertanggung jawabkan secara teknis, ekonomis dan tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap keselarasan lingkungan hidup. Pemilihan peralatan dan material yang tepat sangat diperlukan untuk menunjang metode konstruksi yang cocok.

Mengacu pada Buku Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005) (dikutip dari makalah bapak Dr.Ir.Ruchat Deni Djakapermana M.Eng - Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang), ada 4 sistem reklamasi, yaitu :
1.      Sistem Timbunan
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai elevasi permukaan lahan berada di atas muka air laut paling tinggi
2.      Sistem Polder
Reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air yang berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.
3.      Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan
Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan dikeringkan dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
4.      Sistem Drainase
Reklamasi sistem ini umumnya dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.

Untuk mendapatkan hasil disain yang memuaskan perlu dilakukan investigasi pada areal yang akan direklamasi yang mencakup kondisi tanah dasar, tinggi gelombang air laut, ketersediaan material reklamasi dan lain sebagainya.

Melalui proses investigasi yang baik, akan dapat diketahui berbagai permasalahan yang mungkin terjadi, sehingga dapat dilakukan analisa secara detail untuk mendapatkan metode konstruksi yang sesuai dan tepat guna.

Proses reklamasi pada daerah pantai umumnya diawali dari pembuatan tanggul di sisi laut untuk mencegah hilangnya material timbunan tersapu oleh arus dan gelombang laut, yang dilanjutkan dengan proses penimbunan (baik dari sisi darat maupun dari sisi laut) hingga mencapai elevasi rencana.

Reklamasi yang dilakukan harus dapat memberikan manfaat ekonomis, sekaligus memberikan nilai tambah pada pelestarian lingkungan.
      Permasalahan Pada Proses Reklamasi
Beberapa permasalahan yang mungkin dihadapi pada pekerjaan reklamasi pantai baik pada saat pelaksanaan reklamasi maupun untuk kondisi jangka panjang yaitu sebagai berikut :
     1.      Stabilitas timbunan yang rendah
    2.      Penurunan konsolidasi yang besar dalam waktu yang panjang
     3.      Abrasi
     4.      Pencemaran lingkungan (laut) sekitar

1.      Stabilitas Timbunan yang Rendah
Tanah dasar yang lunak serta tebal lapisan reklamasi yang tinggi mempunyai kecenderungan menyebabkan rendahnya stabilitas timbunan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kelongsoran pada tubuh timbunan.

 Untuk mengetahui potensi dari kemungkinan terjadi kelongsoran pada tubuh timbunan reklamasi dapat dilakukan analisa geoteknik melalui penggunaan beberapa formula yang diperkenalkan oleh beberapa ahli geoteknik seperti Bishop, Morgenstein, dan lain sebagainya serta dapat pula menggunakan piranti lunak komputer seperti program Plaxis, Geo Studio dan lain sebagainya.

2.      Penurunan Konsolidasi yang Besar dalam Waktu yang Panjang
Permasalahan lain yang dihadapi pada pekerjaan reklamasi pantai di atas tanah lempung lunak adalah kemungkinan terjadi penurunan konsolidasi. Penurunan konsolidasi merupakan proses disipasi air pori tanah akibat tambahan beban yang berakibat pada peristiwa pemampatan/penurunan lapisan tanah. Proses disipasi air pori ini sangat tergantung dari kemampuan tanah untuk mengalirkan air (permeabilitas tanah), umumnya tanah lempung mempunyai kemampuan pengaliran air yang relatif rendah sehingga proses konsolidasi ini umumnya membutuhkan waktu yang relatif panjang.
Dampak dari penurunan konsolidasi yang besar dan lama ini terhadap struktur yang akan dibangun di atas tanah timbunan adalah kegagalan konstruksi seperti terlihat pada gambar 4 berikut ini. Sedangkan pada kasus konstruksi timbunan, dibutuhkan proses penimbunan secara berulang pada masa pemeliharaan untuk menjaga elevasi permukaan timbunan tetap pada posisi yang direncanakan.

3.      Abrasi
Konstruksi timbunan yang terletak di tepi laut mempunyai kecenderungan mengalami abrasi akibat peristiwa pasang surut atau gelombang air laut yang menghempas pantai. Hal yang sama juga sangat mungkin dialami oleh konstruksi timbunan hasil reklamasi, sehingga perlu dilakukan suatu tindakan preventif guna mengamankan konstruksi timbunan reklamasi yang telah direncanakan dan dilaksanakan.

4.      Pencemaran Lingkungan (Laut) Sekitar
Material reklamasi yang didapat dari daratan ataupun hasil “dredging” laut seringkali mengandung partikel-partikel halus yang ringan, yang mempunyai kecenderungan terapung atau melayang sehingga dapat mencemari atau mengotori air laut di sekitar areal reklamasi serta dapat menganggu ekosistem di sekitarnya.
Hal yang sama juga mungkin terjadi pada kondisi tanah dasar yang mengandung sedimen (partikel halus), partikel halus ini mempunyai potensi berhamburan pada proses penimbunan (reklamasi) dan mencemari perairan.