Tuesday, May 28, 2013

Penggunaan Geosintetik Untuk Reklamasi Pantai

Geotube
Geobag

Geosintetik merupakan material teknik yang terbuat dari polimer-polimer sintetik seperti polipropilin (PP), poliester (PET), polietilin (PE) dan lain sebagainya, yang digunakan pada berbagai pekerjaan geoteknik termasuk pada pekerjaan reklamasi pantai di atas tanah lunak.
Berbagai jenis material geosintetik dapat dan sudah diterapkan pada pekerjaan reklamasi pantai di atas tanah lunak sesuai dengan fungsi dari masing-masing jenis material geosintetik tersebut.
Berikut ini beberapa jenis material geosintetik dan fungsinya pada pekerjaan reklamasi pantai di atas tanah lunak yang bisa diaplikasikan di Indonesia.

A. GEOTEXTILE CONTAINTMENT

Geotextile containment merupakan suatu konstruksi yang memadukan antara material sintetik (geotekstil) dan material alam (pasir atau Lumpur).
Pada pekerjaan reklamasi pantai, sistem ini berfungsi sebagai dinding penahan tanah dan pencegah terjadinya abrasi, dikerjakan sebelum pekerjaan reklamasi dilaksanakan.
Ada 3 jenis konstruksi geotextile containment dengan pembagian berdasarkan ukuran dan cara pelaksanaan konstruksi yaitu sebagai berikut :

1.      Geobag

Merupakan jenis dari geotextile containment dengan volume yang kecil – berkisar antara 0,6 hingga 2 m3 – dengan proses pengisian umumnya dilakukan di atas daratan yang kemudian diletakkan di tempat rencana .

Geobag umumnya diaplikasikan pada daerah yang mengalami abrasi yang tidak terlalu berat dan yang memerlukan penanganan segera untuk jangka waktu pemakaian yang tidak terlalu panjang. Umumnya material geotekstil yang digunakan harus distabilisasikan terhadap pengaruh sinar ultra violet, namun bagaimanapun konstruksi ini tetap harus dilindungi dari pengaruh sinar matahari langsung dengan cara ditutupi dengan material lain seperti batu-batuan.

2.      Geotube®
Jenis dari geotextile containment berbentuk turbular yang digunakan pada di daerah daratan atau daerah dengan tinggi air tidak terlalu dalam. Ukuran  Geotube® juga sangat bervariasi dengan panjang berkisar antara 10 – 150 meter dan diameter rata – rata 1 – 5 meter dalam kondisi bulat sempurna.  Instalasi dapat dilakukan di daerah kering maupun pada kedalaman air hingga 5 meter.  Gambar 8 berikut ini merupakan gambaran dari bentuk tipikal konstruksi Geotube®.
Geotube® merupakan struktur yang cukup banyak diaplikasikan dan dilakukan analisa untuk menanggulangi berbagai permasalahan abrasi di banyak negara, termasuk di beberapa negara di Asia seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, Malaysia dan negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.

3.      Geocontainer
Merupakan jenis geotextile containment bervolume besar dengan proses pengisian dalam barge di atas air dan kemudian dijatuhkan ke dalam air. Geocontainer seperti yang ditunjukkan pada gambar 9 mempunyai ukuran diameter yang lebih besar dibandingkan jenis geotextile containment lain, umumnya disesuaikan dengan ukuran kapal hooper.  Pasir atau material timbunan lainnya  diisikan ke dalam geocontainer yang dilapisi geotekstil kemudian dijahit. Geocontainer dijatuhkan ke dasar laut dengan hooper. Penggunaan geocontainer umumnya untuk kedalaman air > 5 meter.

B. GEOSINTETIK

Geotekstil adalah salah bagian dari geosintetik yang merupakan material dari bahan sintetik berbentuk lembaran dan tembus air. Dari proses pembuatannya secara umum ada 2 jenis material geotekstil yaitu geotekstil woven dan geotekstil nonwoven.

Geotekstil woven atau geotekstil ter-anyam merupakan jenis material geotekstil yang proses pembuatannya dilakukan dengan cara dianyam sehingga membentuk satu lembaran dengan serat-serat yang tersusun rapi, sedangkan proses pembuatan geotekstil nonwoven atau geotekstil tak ter-anyam  dilakukan dengan cara menghamparkan gumpalan-gumpalan benang yang kemudian disatukan membentuk lembaran.

Umumnya geotekstil woven  mempunyai kekuatan tarik yang lebih baik jika dibandingkan geotekstil nonwoven namun sebaliknya geotekstil nonwoven mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap kerusakan akibat benda-benda tajam jika dibandingkan dengan geotekstil woven.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan waktu, kemudian diciptakan satu produk geotekstil yang memadukan kedua fungsi utama dari geotekstil woven dan geotekstil nonwoven, yaitu memiliki properti yang memadai baik pada kekuatan tarik maupun  ketahanan terhadap kerusakan akibat benda-benda tajam yang dikenal dengan nama geotekstil komposit. 

FUNGSI GEOSINTETIK PADA REKLAMASI PANTAI

Terkait dengan pekerjaan reklamasi, kontribusi dari material geotekstil pada beberapa aplikasi atau terkait dengan fungsi geotekstil adalah sebagai berikut.

1.      Meningkatkan Stabilitas Timbunan
Penggunaan material geotekstil pada konstruksi timbunan (reklamasi) di atas tanah lunak, yaitu dengan cara meletakkan lembaran geotekstil di dasar timbunan dapat meningkatkan stabilitas timbunan.
Prinsip penggunaan material geosintetik dalam perkuatan dasar timbunan adalah mengandalkan kekuatan tarik material yang diletakkan sedemikian rupa sehingga memotong garis kelongsoran yang diperkirakan akan terjadi.

2.      Lapis Filtrasi dan Separasi
Struktur geotekstil yang dibentuk sedemikian rupa menjadikan material geotekstil mempunyai kemampuan untuk memisahkan dua material yang berbeda dan sekaligus berfungsi sebagai penyaring (air dimungkinkan lolos, sedangkan partikel tanah akan tertahan).

3.      Mengurangi Pencemaran saat Reklamasi
Perkembangan aplikasi dari penggunaan material geotekstil cukup pesat dan sangat beragam. Dengan mengandalkan kemampuan filtrasi dan separasi yang baik, geotekstil juga dapat diaplikasikan untuk mencegah atau mengurangi pencemaran air laut pada saat proses reklamasi dilaksanakan. Sistem ini dikenal dengan nama “silt curtain”, yaitu dengan meletakkan material geotekstil secara vertikal dan pada sisi atas geotekstil diletakkan pelampung-pelampung.
Pada kondisi dengan tinggi gelombang yang cukup ekstrim, sistem ini umumnya dilengkapi dengan angkur-angkur pengaku disamping penggunaan pemberat pada bagian bawah sistem. 

3.      Mempercepat Proses Konsolidasi Lahan
Permasalahan yang dapat terjadi adalah penurunan tanah dasar yang dapat berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama. Salah satu alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah pemasangan vertikal drain. Prinsip kerja dari material ini adalah mempercepat terjadinya proses konsolidasi dengan menyediakan jalur-jalur vertikal untuk mengeluarkan air tanah dari lapisan tanah dasar yang lunak, sehingga air tanah akan terperas keluar dan tanah dasar akan mengalami penurunan akibat terjadinya proses konsolidasi pada lapisan tanah lunaknya. 
Dengan terjadinya penurunan pada tanah dasar tersebut, tanah dasar akan memampat dan kuat geser tanah akan meningkat sehingga kapasitas daya dukung tanah dasar juga meningkat.
 








Reklamasi Pantai & Permasalahannya


 Reklamasi pantai adalah proses membuat daratan baru pada daerah perairan, pesisir pantai ataupun di daerah rawa. Reklamasi merupakan pilihan yang saat ini populer dalam pengembangan wilayah kota-kota besar yang mempunyai daerah yang berbatasan dengan laut  seperti Jakarta, Surabaya, Makasar dan Manado. Hasil pekerjaan reklamasi bisa dimanfaatkan untuk sarana pemukiman, kawasan industri, pelabuhan, bandara dan kebutuhan pengembangan wilayah lainnya.

Pekerjaan reklamasi harus dilakukan dengan disain dan metode konstruksi yang baik  sehingga hasilnya bisa dipertanggung jawabkan secara teknis, ekonomis dan tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap keselarasan lingkungan hidup. Pemilihan peralatan dan material yang tepat sangat diperlukan untuk menunjang metode konstruksi yang cocok.

Mengacu pada Buku Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005) (dikutip dari makalah bapak Dr.Ir.Ruchat Deni Djakapermana M.Eng - Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang), ada 4 sistem reklamasi, yaitu :
1.      Sistem Timbunan
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai elevasi permukaan lahan berada di atas muka air laut paling tinggi
2.      Sistem Polder
Reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air yang berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.
3.      Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan
Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan dikeringkan dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
4.      Sistem Drainase
Reklamasi sistem ini umumnya dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.

Untuk mendapatkan hasil disain yang memuaskan perlu dilakukan investigasi pada areal yang akan direklamasi yang mencakup kondisi tanah dasar, tinggi gelombang air laut, ketersediaan material reklamasi dan lain sebagainya.

Melalui proses investigasi yang baik, akan dapat diketahui berbagai permasalahan yang mungkin terjadi, sehingga dapat dilakukan analisa secara detail untuk mendapatkan metode konstruksi yang sesuai dan tepat guna.

Proses reklamasi pada daerah pantai umumnya diawali dari pembuatan tanggul di sisi laut untuk mencegah hilangnya material timbunan tersapu oleh arus dan gelombang laut, yang dilanjutkan dengan proses penimbunan (baik dari sisi darat maupun dari sisi laut) hingga mencapai elevasi rencana.

Reklamasi yang dilakukan harus dapat memberikan manfaat ekonomis, sekaligus memberikan nilai tambah pada pelestarian lingkungan.
      Permasalahan Pada Proses Reklamasi
Beberapa permasalahan yang mungkin dihadapi pada pekerjaan reklamasi pantai baik pada saat pelaksanaan reklamasi maupun untuk kondisi jangka panjang yaitu sebagai berikut :
     1.      Stabilitas timbunan yang rendah
    2.      Penurunan konsolidasi yang besar dalam waktu yang panjang
     3.      Abrasi
     4.      Pencemaran lingkungan (laut) sekitar

1.      Stabilitas Timbunan yang Rendah
Tanah dasar yang lunak serta tebal lapisan reklamasi yang tinggi mempunyai kecenderungan menyebabkan rendahnya stabilitas timbunan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kelongsoran pada tubuh timbunan.

 Untuk mengetahui potensi dari kemungkinan terjadi kelongsoran pada tubuh timbunan reklamasi dapat dilakukan analisa geoteknik melalui penggunaan beberapa formula yang diperkenalkan oleh beberapa ahli geoteknik seperti Bishop, Morgenstein, dan lain sebagainya serta dapat pula menggunakan piranti lunak komputer seperti program Plaxis, Geo Studio dan lain sebagainya.

2.      Penurunan Konsolidasi yang Besar dalam Waktu yang Panjang
Permasalahan lain yang dihadapi pada pekerjaan reklamasi pantai di atas tanah lempung lunak adalah kemungkinan terjadi penurunan konsolidasi. Penurunan konsolidasi merupakan proses disipasi air pori tanah akibat tambahan beban yang berakibat pada peristiwa pemampatan/penurunan lapisan tanah. Proses disipasi air pori ini sangat tergantung dari kemampuan tanah untuk mengalirkan air (permeabilitas tanah), umumnya tanah lempung mempunyai kemampuan pengaliran air yang relatif rendah sehingga proses konsolidasi ini umumnya membutuhkan waktu yang relatif panjang.
Dampak dari penurunan konsolidasi yang besar dan lama ini terhadap struktur yang akan dibangun di atas tanah timbunan adalah kegagalan konstruksi seperti terlihat pada gambar 4 berikut ini. Sedangkan pada kasus konstruksi timbunan, dibutuhkan proses penimbunan secara berulang pada masa pemeliharaan untuk menjaga elevasi permukaan timbunan tetap pada posisi yang direncanakan.

3.      Abrasi
Konstruksi timbunan yang terletak di tepi laut mempunyai kecenderungan mengalami abrasi akibat peristiwa pasang surut atau gelombang air laut yang menghempas pantai. Hal yang sama juga sangat mungkin dialami oleh konstruksi timbunan hasil reklamasi, sehingga perlu dilakukan suatu tindakan preventif guna mengamankan konstruksi timbunan reklamasi yang telah direncanakan dan dilaksanakan.

4.      Pencemaran Lingkungan (Laut) Sekitar
Material reklamasi yang didapat dari daratan ataupun hasil “dredging” laut seringkali mengandung partikel-partikel halus yang ringan, yang mempunyai kecenderungan terapung atau melayang sehingga dapat mencemari atau mengotori air laut di sekitar areal reklamasi serta dapat menganggu ekosistem di sekitarnya.
Hal yang sama juga mungkin terjadi pada kondisi tanah dasar yang mengandung sedimen (partikel halus), partikel halus ini mempunyai potensi berhamburan pada proses penimbunan (reklamasi) dan mencemari perairan. 






Abstrak Aplikasi Geosintetik Untuk Reklamasi Pantai

APLIKASI PRODUK GEOSINTETIK UNTUK PEKERJAAN
REKLAMASI PANTAI 

Andryan Suhendra1, Doyo Lujeng Dwiarso2
1 PT Tetrasa Geosinindo
1 Universitas Bina Nusantara
* andryan@geosinindo.co.id
2  TenCate Geosynthetics Asia Sdn. Bhd
* dl.dwiarso@tencate.com



ABSTRAK
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang relatif tinggi, keperluan lahan untuk tempat tinggal dan aktivitas lahan juga turut meningkat. Reklamasi pantai dan lahan berair lainnya merupakan salah satu alternatif yang cukup banyak diterapkan selain membuka lahan baru ke arah daerah perbukitan.
Namun seringkali pekerjaan reklamasi ini menemui beberapa kendala seperti tanah dasar yang lunak dengan daya dukung yang rendah dan potensi penurunan konsolidasi yang besar dan lama, gelombang laut yang tinggi yang berpotensi menyebabkan terjadi abrasi baik selama masa konstruksi maupun masa pelayanan.
Penggunaan material geosintetik sebagai salah satu alternatif material pendukung pada pekerjaan reklamasi di Indonesia masih terbatas, para pemilik proyek dan pelaksana proyek cenderung lebih menyukai menggunakan metode konvensional. Padahal penggunaan geosintetik dapat memberikan keuntungan dan kemudahan dalam pelaksanaan proyek, yang juga sudah banyak diterapkan di berbagai negara lain. Beberapa keuntungan dari penggunaan material geosintetik pada pekerjaan reklamasi pantai dengan kondisi tanah dasar yang lunak diantaranya adalah pelaksanaan pekerjaan yang lebih cepat, pengurangan kehilangan material timbunan ke dalam tanah dasar yang lunak, biaya pemeliharaan yang lebih rendah.
Makalah ini membahas mengenai produk-produk geosintetik serta aplikasinya pada pekerjaan reklamasi pantai yang dilengkapi dengan contoh proyek yang sudah dan atau sedang dikerjakan di Indonesia.


Kata kunci : reklamasi, geosintetik, tanah lunak, abrasi

Geotekstil Untuk Lingkungan Hidup (Geocell, GCL)



Geocell
Berbentuk struktur sel 3 dimensi sebagai pembatas tanah, dirancang untuk mengoptimalkan kekuatan  tanah dan pasir yang tertahan. Mudah untuk dihamparkan dan di pasang.
  • -          Perlindungan  erosi tanah pada lereng curam
  • -          Perlindungan bantaran sungai di atas muka air  
  • -          Saluran pembuangan air, bangunan pelimpah , dan pelapis saluran
  •       Meningkatkan kapasitas daya dukung lantai kerja  pondasi
  •           Pelapis permukaan pada lereng tanah dan bangunan vertikal yang diperkuat geosintetik 

Geosintetik Pelindung Erosi Berbentuk Matrik 3 Dimensi (Polymat)
Berbentuk matrik 3 dimensi dari serat-serat HDPE yang mempunyai sifat keawetan. Dirancang untuk memperkuat dan menahan tanah pada lereng curam Meningkatkan pertumbuhan akar dan mengimbangi efek aliran turbulensi air menuruni lereng curam
-          Perlindungan erosi tanah pada lereng curam
-          Perlindungan bantaran sungai di atas muka air
-          Meningkatkan pertumbuhan tanaman pada lapis tanah tandus
-          Pertamanan


Geosintetik Pelindung Erosi Dari Sabut Kelapa Yang Diperkuat (Envirofelt Coconut Fiber)
Envirofelt CO adalah lembar pelindung erosi yang dirancang untuk mencegah erosi pada lereng yang terbuka, merangsang pertumbuhan rumput dan tanaman dan meningkatkan stabilitas akar rumput terhadap gerusan air.
-          Perlindungan bantaran sungai di atas muka air dan saluran air
-          Lereng curam
-          Perlindungan pada tanah tandus yang mudah erosi

Tekstil Untuk Aplikasi Pertanian (Toptex)
TopTex digunakan pada berbagai aplikasi di bidang pertanian yaitu dimana diperlukan penutup sementara terhadap produk-produk pertanian .
-          Pelindung makanan ternak dari cuaca yang buruk
-          Meningkatkan suhu dan merangsang pertumbuhan mikroba pada pembuatan kompos
-          Pelindung terhadap dingin pada tanaman dan jerami


Geosynthetic Clay Liner (GCL)
Terbuat dari geotekstil polipropilin dan sodium bentonite berkualitas tinggi, yang disatukan dengan proses needle punch (dipukul dengan papan jarum) dengan menggunakan serat berkekuatan tinggi untuk memastikan kemampuan menutup yang efektif dan mempunyai kuat geser jangka panjang yang baik.
-          Pelapis pada waduk dan kolam
-          Penghalang atau pembatas cairan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
-          Waduk pada lahan perkebunan
-          Kolam pada pertamanan

Geotektsil untuk Perkuatan (Geogrid, Komposit dan Woven Poliester)

Geogrid
Berkualitas tinggi, geogrid terbuat dari benang-benang poliester berkekuatan tarik tinggi yang dilapisi dengan bahan polimer.  Mempunyai rangkak yang bagus dan ketahanan terhadap kerusakan selama pemasangan.
-          Perkuatan dinding dan lereng
-          Perkuatan lapis pondasi bawah pada jalan
-          Perbaikan pada lereng yang mengalami kelongsoran
-          Perkuatan  dasar timbunan tinggi
-          Perkuatan  dasar timbunan di atas tiang pancang

-          Perkuatan  dasar pada bangunan pemecah gelombang 

Geotekstil Komposit
Terdiri dari benang-benang polyester berkekuatan tarik tinggi dan geotekstil non woven dengan serat-serat  menerus yang dirancang untuk perkuatan dan drainase tanah berbutir halus. Mempunyai properti kuat tarik tinggi dengan kemampuan drainase searah bidang yang sangat baik.
-          Perkuatan dinding dan lereng dengan menggunakan tanah berdrainase jelek
-          Perkuatan dengan tanah lokal
-          Perbaikan lereng dengan timbunan yang menggunakan tanah yang tersedia
-          Perkuatan struktur dinding dengan blok beton yang menggunakan tanah lokal sebagai timbunan
-          Perkuatan dasar timbunan  di atas tanah lunak

Geotekstil Woven Polyester
Dibuat dari poliester berkualitas dan berkekuatan tarik tinggi dengan properti perkuatan berkekuatan tinggi dalam jangka panjang
-          Perkuatan dasar timbunan tinggi
-          Perkuatan dasar timbunan di atas tiang pancang
-          Perkuatan  dasar pada bangunan pemecah gelombang  atau krib dan struktur pelindung pantai

Geotekstil Woven dan Non Woven



Geotekstil Non Woven
Dibuat dari serat-serat  polimer polipropilin yang menerus, distabilisasi terhadap ultra violet untuk mencegah degradasi ketika terkena sinar matahari secara langsung pada kondisi daerah tropis. Kuat dan awet, dengan karakteristik permeabilitas dan filtrasi tanah yang optimum. Diaplikasikan sebagai filter pada tanah dasar dan untuk separasi serta stabilisasi timbunan diatas tanah dasar yang lunak dan basah. Digunakan pada : 
-          Konstruksi jalan dengan atau tanpa lapis perkerasan serta lantai kerja struktur timbunan tanah
-          Reklamasi lahan
-          Lapangan penyimpanan dan penumpukan peti kemas
-          Formasi jalan rel kereta api
-          Drainase tanah dasar dan drainase pemintas
-          Pertamanan dan pekerjaan konstruksi gedung



Geotekstil Woven Polipropilin
Geotekstil woven  dibuat dari serat-serat polimer polipropilin yang kuat. Umumnya diaplikasikan pada stabilisasi tanah dasar dan perkuatan lapisan lantai kerja  struktur timbunan tanah di atas tanah sangat lunak dan  tidak stabil. Digunakan pada : 
-          Konstruksi jalan dengan atau tanpa lapis perkerasan serta  lantai kerja jalan rel kereta api
-          Lapangan  peti kemas
-          Landas pacu dan taxiway bandara
-          Reklamasi lahan
-     Pertamanan dan pekerjaan konstrukdi gedung
-     Konstruksi jalan di perkebunan

      Geotekstil Komposit
      Terdiri dari benang-benang polyester berkekuatan tarik tinggi dan geotekstil non woven dengan serat-serat  menerus yang dirancang untuk perkuatan dan drainase tanah berbutir halus. Mempunyai properti kuat tarik tinggi dengan kemampuan drainase searah bidang yang sangat baik. Digunakan pada : 
-          -     Perkuatan dinding dan lereng dengan menggunakan tanah berdrainase jelek
-          -     Perkuatan dengan tanah lokal
      -  Perbaikan lereng dengan timbunan yang menggunakan tanah yang tersedia
-          Perkuatan struktur dinding dengan blok beton yang menggunakan tanah lokal sebagai timbunan
-          Perkuatan dasar timbunan  di atas tanah lunak

     Geotekstil Woven Polyester
     Dibuat dari poliester berkualitas dan berkekuatan tarik tinggi dengan properti perkuatan berkekuatan tinggi dalam jangka panjang. Digunakan pada : 
      -          Perkuatan dasar timbunan tinggi
      -          Perkuatan dasar timbunan di atas tiang pancang
      -          Perkuatan  dasar pada bangunan pemecah gelombang  atau krib dan struktur pelindung pantai

Geotextile Containtment di Indonesia

GEOTEXTILE CONTAINMENT

Geotextile containment merupakan suatu konstruksi yang memadukan antara material sintetik (geotekstil) dan material alam (pasir atau Lumpur)
Ada 3 jenis konstruksi geotextile containment dengan pembagian berdasarkan ukuran dan cara pelaksanaan konstruksi yaitu sebagai berikut :
1.    Geobag
2.    Geotube
3.    Geocontainer

    
1.    Geobag
Merupakan jenis dari geotextile containment dengan volume yang kecil – berkisar antara 0,6 hingga 2 m3 – dengan proses pengisian umumnya dilakukan di atas daratan yang kemudian diletakkan di tempat rencana.

Geobag umumnya diaplikasikan pada daerah yang mengalami abrasi yang tidak terlalu berat dan yang memerlukan penanganan segera untuk jangka waktu pemakaian yang tidak terlalu panjang. Umumnya material geotekstil yang digunakan harus distabilisasikan terhadap pengaruh sinar ultra violet, namun bagaimanapun konstruksi ini tetap harus dilindungi dari pengaruh sinar matahari langsung dengan cara ditutupi dengan material lain seperti batu-batuan.
Untuk penanggulangan yang cukup kompleks dimana terdapat kemungkinan terjadi kelongsoran pada lereng/timbunan di belakang konstruksi/tumpukan geobag ini, maka konstruksi ini dapat dipadukan dengan material perkuatan lain seperti geotekstil atau geogrid yang mempunyai kekuatan tarik tertentu untuk menahan gaya kelongsoran yang terjadi.

      2.    Geotube
Jenis dari geotextile containment berbentuk turbular yang digunakan pada di daerah daratan atau daerah dengan tinggi air tidak terlalu dalam. Ukuran  geotube juga sangat bervariasi dengan panjang berkisar antara 10 – 150 meter dan diameter rata – rata 1 – 5 meter dalam kondisi bulat sempurna.  Instalasi dapat dilakukan di daerah kering maupun pada kedalaman air hingga 5 meter. 

Geotube merupakan struktur yang cukup banyak diaplikasikan dan dilakukan analisa untuk menanggulangi berbagai permasalahan abrasi di banyak negara, termasuk di beberapa negara di Asia seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, Malaysia dan negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.
Di dalam aplikasinya seringkali konstruksi geotube ini dipadukan dengan tube yang berukuran yang lebih kecil yang diletakkan pada sisi depan dan atau sisi belakang geotube utama guna meningkatkan stabilitas konstruksi secara keseluruhan dan mengantisipasi pengaruh dari scouring terhadap penurunan stabilitas konstruksi geotube utama.
Aplikasi dari geotube secara umum hampir sama seperti aplikasi pada geobag, yang membedakan adalah tingkat kesulitan pelaksanaan, tingkat permasalahan yang dihadapi (berkenaan berat ringannya abrasi atau erosi yang terjadi).

      3.    Geocontainer
Merupakan jenis geotextile containment bervolume besar dengan proses pengisian dalam barge di atas air dan kemudian dijatuhkan ke dalam air.
Geocontainer mempunyai ukuran diameter yang lebih besar dibandingkan jenis geotextile containment lain, umumnya disesuaikan dengan ukuran kapal hooper. Pasir atau material timbunan lainnya  diisikan ke dalam geocontainer yang dilapisi geotekstil kemudian dijahit. Geocontainer dijatuhkan ke dasar laut dengan hooper. Penggunaan geocontainer umumnya untuk kedalaman air > 5 meter
Beberapa proyek di dalam negeri yang telah menerapkan geotextile containment ini seperti terlihat pada photo-photo berikut ini :

Geotube di PLTU Nagan Raya
1. Breakwater PLTU Nagan Raya Aceh
Geotube diaplikasikan sebagai inti bangunan breakwater pada proyek pembangkit tenaga listrik di pantai barat Sumatera. Total panjang breakwater sekitar 750 meter yang terdiri dari dua sisi bangunan breakwater. Geotube yang digunakaan adalah tipe GT1000 dengan tinggi  akhir 2,5 meter dan total panjang Geotube yang diperlukan adalah 7.000 meter. Pada proyek ini penggunaan Geotube mengurangi biaya penggunaan batu sebagai inti breakwater secara signifikan.

2. Proteksi Erosi dari Gelombang Bono
Konstruksi Geotube sepanjang 600 meter diaplikasikan untuk melindungi dermaga dari erosi dan abrasi akibat gelombang dan arus Bono di sungai Kampar Provinsi Riau.











PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN GEOTEXTILE CONTAINMENT
Beberapa pertimbangan dan data yang diperlukan dalam perancangan penggunaan geotextile containment sebagai sarana pencegahan dan penanggulangan erosi atau abrasi pantai dan sungai adalah sebagai berikut :
  1. Dimensi dan posisi tube pendukung dan hubungannya dengan geotube utama
  2. Stabilitas Geotextile Containment saat bencana atau badai
  3. Ukuran bukaan material geotekstil yang digunakan berkaitan dengan ukuran material pengisi
  4. Kuat tarik perlu material geotekstil, termasuk juga kekuatan sambungannya terutama pada saat pengisian dan instalasi.
  5. Dimensi dan geometri Geotextile Containment setelah proses pengisian dan pemompaan.